7
Usai sepekan ngepos di KPK dengan segala kasus korupsinya, aku lalu digeser ke rubrik olahraga. Supaya semakin paham isu kata Pak Alex redaktur senior Warta Ibu Kota. Alhasil aku dikirimlah ke Bandara Halim Perdana Kusuma untuk meliput klub asal Inggris yang kebetulan sedang berkunjung ke Indonesia.
Matahari sudah mulai terik ketika aku sampai di Bandara Halim, yang untuk masuk ke dalamnya harus melalui penjagaan militer super ketat. Maklum saja, bandara ini biasanya hanya digunakan untuk presiden Indonesia dan wakilnya serta tamu-tamu penting dari luar negeri. Salah satunya yaitu squad pemain klub asal Inggris ini.
Ketika aku sampai depan gerbang dalam, lautan suporter dengan segala macam atributnya sudah berjubel di pintu kedatangan Bandara Halim. Suara mereka saling sahut menyahut menyanyikan mars kebanggaan klub mereka. Beberapa petugas keamanan tampak kewalahan mengatur mereka agar tak menghalangi jalan yang disediakan untuk para pemain dan pelatih serta rombongan. Sekali kerumunan ditertibkan di satu tempat, kerumunan di tempat lain kembali terbentuk. Begitu terus menerus para suporter memenuhi jalan yang disediakan bagi pemain idaman mereka.
Tak lama kemudian, satu persatu pemain mulai terlihat turun dari pesawat sambil melambaikan tangan ke para suporter. Hingga yang paling akhir turun yaitu juru taktik klub asal Inggris itu. Senyum sapa dan jabat tangan dari pemain sepanjang jalan menuju tempat jumpa pers tampak mengobati para suporter yang sudah menunggu berjam-jam tak kenal lelah di Bandara Halim. Terbukti dengan nyanyian mars yang sudah dinyanyikan ratusan kali semakin kencang membahana di Bandara Halim, ketika mereka berjalan. Tapi tidak dengan juru taktik itu, wajahnya selalu dingin seperti saat memimpin timnya di lapangan hijau, seperti biasanya.
Di ruang jumpa pers, sejumlah wartawan olahraga dari berbagai media pun sudah siap. Bahkan ruangan yang biasanya cukup luas untuk jumpa pers nampak menyempit dan sesak dengan kerumunan orang. Terlihat Menteri Pemuda dan Olahraga dan Ketua PSSI juga hadir duduk berdampingan dengan sang pelatih dan beberapa pemain.
“Terima kasih rekan-rekan media sudah hadir disini menyambut klub kesayangan anda semua,” Ketua PSSI membuka acara.
Panjang lebar ia menjelaskan maksud kedatangan klub asal Inggris itu ke Indonesia. Jumpa pers kemudian disambung Menteri Pemuda dan Olahraga terkait harapan membaiknya timnas usai bertanding dengan klub asal Inggris itu. Sang juru taktik juga sedikit menambahkan sedikit ulasan terkait rencana pertandingan dengan timnas Indonesia besok malam. Jumpa pers kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.
“Coach, what do you think about Champion League target?” tanya salah seorang wartawan bola yang duduk paling depan.
“We optimistic , we will made until the quarter final, several of big player will came join us, so im fell optimistic for champions league ,” jawab pelatih asal Belanda itu.
Aku kebetulan wartawan perempuan yang ada di jumpa pers itu juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertanya ke juru taktik terkenal itu. Apalagi tempat dudukku paling depan sehingga mudah terlihat ketika mengacungkan tangan.
“Ya silahkan Mba yang berbaju merah,” Ketua PSSI yang memoderatori jumpa pers itu mempersilahkanku bertanya.
“Thanks you for your time. Coach,your strategy 3-5-2 formation often assumed not suitable for the club right now, its proved with the club had failed to enter champion league this year. Is the same strategy will be used again for next year seasons?” tanyaku.
Mata pelatih klub asal Inggris itu langsung terbelalak mendengar pertanyaanku. Ia tak langsung menjawab mendengar pertanyaanku. Diteguknya air putih dalam gelas di depannya.
“You know what strategy is,ladies. I will explain about strategy at the end. It will take a long time for you asa a female journalis who doesnt know anything about footbal?” jawab pelatih itu dengan nada sedikit menghina.
Sebagai seorang wartawan pemula, agak kaget aku mendengar jawaban juru taktik internasional itu. Namun rasa kagetku pun perlahan berubah menjadi rasa marah ketika ia merendahkanku dengan menuding tidak tahu apa-apa. Mungkin juga karena aku yang bertanya adalah seorang perempuan.
“Halo coach. What do you mean by that coach?why dont you answer my questions instead you given me a false statement?” selahku merasa kesal mendengar jawaban pelatih itu
“Yes, it will hard to explain to you what strategy is, and I dont have time for that.”
Belum selesai berbicara pelatih asal Belanda itu, aku kembali memotong. “Coach, I know your achievement as a coach. Ur achievement had only brought one only to quarter champion league from ten club you had been coached. Mean while the club which made it to champion league and knock off at first round only our club, the other five club. Doesnt even pass the champion league. So what youve been proud of with harrasing female Journalist?”
Tanpa menunggu jawaban, aku langsung meninggalkan ruangan jumpa pers itu. Juru taktik itu masih nyerocos mencoba membantah ucapanku, tapi aku sudah tidak menghiraukannya. Sebagian wartawan lainnya terdengar ada yang mendukungku dan bersimpati kepada wartawan perempuan di sepak bola. Tapi yang lainnya ada juga yang ikut mencibirku. Aku terus berlalu meninggalkan ruang konferensi pers. Apa peduliku dengan pendapat wartawan di ruangan itu pikirku.
Minggu-minggu berikutnya aku terus bergonta-ganti ke rubrik lainnya. Kadang politik, kadang ekonomi ataupun korupsi. Tapi yang menyebalkan bagiku yaitu rubrik olahraga. Karena maskulinitas di dunia olahraga masih sangat terasa sekali. Baik menghadapi pelaku olahraga dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Terutama sepak bola yang menjadi kegilaan bagi masyarakat Indonesia.
Baca juga: GYT 1