Dewantara- Jerman merupakan salah satu negara di Eropa yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia. Indonesia sendiri sudah menjalin kerja sama di bidang perguruan tinggi, sejak tahun 1945. Tercatat setidaknya ada 27.000 pelajar Indonesia yang kuliah di Jerman jika ditotal hingga saat ini. Salah satunya tentu Presiden Indonesia ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie.
Jerman juga menjadi negara peringkat ketiga sebagai penerima Hadiah Nobel yakni 80 penghargaan kepada orang Jerman. Hal itu menunjukkan betapa Jerman menghargai lembaga riset dan pendidikan tinggi. Prestasi tersebut setidaknya digerakkan oleh 3 penggerak besar dalam pendidikan Jerman. Di antaranya 400 perguruan tinggi, empat institusi penelitian ekstrauniversiter dan lembaga riset ternama dari perusahaan industri. Selain itu, komitmen pendidikan di Jerman juga ditunjukkan melalui investasi mereka terhadap riset dan pengembangan yakni sebesar 2,5 persen dari produk domestik bruto.
Pemerintah Jerman juga membuat sejumlah terobosan yang berkaitan dengan bidang pendidikan. Salah satunya yaitu program bermoto “Kenaikan Karier Lewat Pendidikan” yang menawarkan kursus dan pelatihan untuk semua kelompok umur. Selain itu, ada beberapa program lainnya seperti “Pakta Perguruan Tinggi 2020”, “Strategi Hightech”, “Pakta untuk Riset dan Inovasi”, atau “Strategi Internasionalisasi”.
Wajib Sekolah
Sama dengan Indonesia, negara yang dikenal dengan tim panzer di sepak bola ini juga memiliki kewajiban wajib sekolah untuk anak mulai usia enam tahun selama sembilan tahun. Bedanya dengan Indonesia, Jerman menyerahkan kewenangan wajib sekolah kepada negara bagian. Sehingga, sistem pendidikan, kurikulum dan jenis sekolah berbeda-beda antar negara bagian. Selanjutnya untuk kesesuaian atau kesetaraan pendidikan sekolah dan tanda lulusnya dijamin oleh Konferensi Tetap Para Menteri Kebudayaan Negara Bagian (KMK). Untuk pendidikan di sekolah publik ini, siswa tidak dipungut biaya.
Jumlah siswa di Jerman pada tahun ajaran 2014/2015 tercatat hampir 11 juta murid yang tersebar di 44.880 sekolah umum dan sekolah kejuruan publik. Sementara untuk jumlah gurunya tercatat sebanyak 795.600 orang. Selain di sekolah umum, anak-anak juga belajar di sekolah-sekolah swasta sebanyak 969.000 siswa yang tersebar di 6.620 sekolah swasta. Jerman juga memberi perhatian besar pula pada pendidikan dini untuk anak yang berusia prasekolah dan penjalinan proses itu dengan lingkungan sekolah dasar.
Sistem sekolah tersusun secara vertikal dalam tiga tingkatan:
a. tingkat dasar serta tingkat lanjutan I dan II. Pada umumnya semua anak mengunjungi sekolah dasar yang sama, yang mencakup kelas 1 sampai kelas 4 (Berlin dan Brandenburg: 1 sampai 6).
b. Setelah itu terdapat tiga jenjang pendidikan lanjutan standar: sekolah lanjutan umum (Hauptschule, kelas 5 sampai 9 atau 10), sekolah menengah berijazah (Real-schule, kelas 5 sampai 10) serta gimnasium (kelas 5 sampai 12 atau 13, ijazah: hak masuk perguruan tinggi/Abitur).
Ada sekolah tersendiri untuk masing-masing jenjang tersebut, tetapi ada juga sekolah yang menggabungkan dua atau – seperti halnya sekolah terpadu – tiga jenjang pendidikan lanjutan tersebut, sehingga siswa dapat pindah sekolah dengan lebih mudah. Nama untuk jenis sekolah dapat berbeda di negara bagian, hanya nama gimnasium yang dipakai secara seragam. Pada tahun 2014 ada 432.700 lulusan sekolah yang berhak melanjutkan ke universitas atau ke perguruan tinggi ilmu terapan. Untuk anak yang memerlukan pembinaan khusus terdapat sekolah luar biasa sesuai dengan disabilitas masing-masing. Namun diupayakan juga supaya semakin banyak penyandang disabilitas belajar bersama dengan anak lainnya di kelas, seperti yang dituntut oleh Konvensi Hak Penyandang Disabilitas. (sumber: www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id)
Penulis: Annisa